Sabtu, 20 November 2010

"Tiada Duka yang Abadi"


Tiada duka yang abadi di dunia
tiada sepi merantai mu selamanya
malam kan berakhir
hari kan berganti
takdir hidup kan dijalani
tangis dan tawa nyanyian yang mengiringi
hati yang rindu tanda cinta di jalanNya
namun ku percaya hati meyakini
semua akan indah pada akhirnya
andai bisa ku mengulang waktu hilang dan terbuang
andai bisa perbaiki segala yang terjadi
tapi waktu tak berhenti
tapi detik tak kembali
harap ampunkan hambaMu ini
waktu berputar
rembulan dan matahari
bunga yang mekar akan layu akan mati
malam kan berakhir
hari kan berganti
takdir hidup kan dijalani
tapi waktu tak berhenti
tapi detik tak kembali
harap ampunkan hambamu ini...

Biarkan Hati yang Berfikir

Pada apa yang sudah terjadi hari ini, aku kembali berfikir, namun tidak dengan logika, melainkan dengan hati.karena hati selalu punya jalan pikirannya sendiri yang tidak dimiliki oleh akal.maka hatiku berfikir:ini adalah kesalahanku, karena kesalahanku juga aku menerima ini pada malam ini. selalu ada hubungan sebab akibat pada setiap peristiwa. maka pada peristiwa ini aku sadar sekali bahwa ini kesalahanku. kesalahan ku yang melukai diriku sendiri.
akhirnya air mataku berhasil tumpah juga setelah sekian lama tak tahu muaranya.
ada sesak,
ada haru,
ada sakit,
ada kecewa.
ada luka...
ada sayatan disini..
sedikit perih...
tapi tak apa...
mengumpat, menyesali apalagi membenci tetap bukanlah pilihanku..
atas semua luka ini, aku memilih untuk ikhlas dan memaafkan...
jauh....jauh...
sebelum kata maaf sempat terlontarkan...
aku belajar, bahwa ketika aku merasa sesak, aku tak perlu menuntut siapa-siapa, atau meminta pertanggungjawaban seseorang yang membuatku sesak untuk memperbaiki perasaanku.
aku belajar mengelastiskan hati, menambahkan berliter-liter oksigen kedalamnya agar perasaan sesak itu tak sampai membunuhku. ku jadikan hatiku bola karet yang membal ketika terhempas, bukan seperti porselen yang langsung hancur berkeping.
sekali lagi, aku tahu aku yang salah, namun ada sedikit kecewa akan caranya menyadarkanku.
sesuatu yang membuatku terperangah sangking tidak menyangkanya.
kata-katanya adalah sayatan,dan
sayatan demi sayatan itu benar-benar terasa perih,,
kecewa akan kata-kata nya yang mengandung luka, terus dan terus menghujam.
cuma Tuhan yang tahu keberkepingan ku tadi,,
belum pernah aku menangis sampai selelah ini,,,
benarkah aku sedemikian buruk dipikirannya?
atau memang aku yang sedemikian buruk buat nya
entahlah...
tapi, luka ini sekaligus menyadarkanku, bahwa kalau bukan karena cinta, kalau bukan karena sayang, tidak mungkin rasanya aku merasa sampai sesakit ini,,,
akhirnya aku semakin sadar akan arti dia buat ku..
luka itu tidak mungkin hilang begitu saja,
aku harus berbesar hati, bahwa dia yang aku sayang tetaplah manusia biasa yang tak sempurna...

aku rela...
aku ikhlas...
aku memaafkan...

Jumat, 19 November 2010

Kepala Batu

ya..
aku memang si keras kepala...lalu kenapa?
aku sanggup menjalani sesuatu yang lain dari isi hati ku yang sebenarnya demi mempertahankan kepala batu ku,,,
sekali lagi aku tegaskan
AKU M.A.M.P.U

maka jangan coba-coba kamu pancing itu...
uuuupppsss....sepertinya sudah terlanjur..
dan mari kita buktikan bersama-sama

aku...
si kepala batu...*menurutmu*
terimakasih untuk label yang cukup 'menyayat'


Kamis, 18 November 2010

karena kamu,

Rumah ini,
bisa ada...
karena siapa?
untuk siapa?
tahukah kamu sayang, semua karena kamu,,,untuk kamu,,,
demi kita...kusingkirkan segala gengsi ku yang sering kamu ngiang-ngiangkan...
kulepas dengan berpayah-payah dari sisi-sisi ku, kucabut, kulempar jauh-jauh,,,
biarkan ia pergi,,,
sekarang, aku ingin bicara dengan hati,,,
ya...sepenuhnya dengan hati
TANPA GENGSI...

kamu,,,
adalah anugrah terindah
adalah kado termanis
adalah segala...
karena kamu aku belajar banyak hal
karena kamu aku sadar banyak hal
masih karena kamu,


jika ku ingat-ingat lagi bagaimana awalnya kita dulu hingga sampai pada titik ini,,,sama sekali tak pernah terbayangkan,,,
bahwa orang asing yang dulunya tiba-tiba muncul di inbox fb ku, ternyata kini menjadi salah satu yang paling berharga dihidupku.
kamu yang dari sekian banyak mereka yang menawarkan perkenalan, adalah salah satu yang paling malas aku tanggapi,
satu, dua kali balasan, kamu tetap yang paling ogah-ogahan aku respon,,,
tapi ternyata lambat laun keadaannya berubah,
seketika itu juga, mereka-mereka itu seperti hilang dalam lautan bunga-bunga yang tumbuh karena kamu..
mereka? tenggelam...karam...
yang aku anggap ada hanya kamu...
cuma kamu...
lalu...

semuanya bermetamorfosis dengan indah,,,
sempurna...
indah pada waktu nya...

sekarang...

tahukah kamu sayang,,,
tak ada yang lebih berharga dari kamu...
detik-detik yang kita lalui adalah masa-masa terbaik yang pernah ada...
aku sayang kamu lebih dari yang kamu tahu,,,
perasaan yang butuh proses untuk benar-benar menyadarinya...
tidak dengan tiba-tiba,,,

aku...
yang kekanak-kanakkan
yang egois
yang kamu sebut gengsian
yang suka marah-marah
yang ga pedulian
yang sama sekali ga pandai nenangin perasaan kamu ketika kamu butuh untuk ditenangin
yang bersikap sesuka-suka ku
yang selalu buat kamu kesal...
yang selalu ngecewain kamu...
yang jelek-jelek lainnya..

arghhh,,,,
sebenarnya, aq khawatir, semua kejelekan-kejelekan ku itu akan membuat mu pergi...
meninggalkan aku dan segala kejelekan-kejelakan itu...

kamu yang baik,
kamu yang sabar,
kamu yang cukup mau ngerti...
kamu yang baik-baik lainnya...

rasanya terlalu baik untukku,,,

semoga kamu selalu sabar menghadapi aku...


dari hati yang paling tulus..
aku sayang kamu...




Di Rumah ku

Selamat datang di rumahku. . .
Perkenalkan. . .
Inilah rumahku, Rumah sederhana, berdindingkan papan yang ramai dikunjungi para rayap. Konon katanya mereka hanya membutuhkan makanan untuk tetap hidup di kehidupan yang makin-makin bertambah payah, karena itu tak apalah jika aku sedikit saja mau berbagi. Atap rumahku adalah tumpukan jerami-jerami yang lemah jika angin datang menggoda. Perabotku juga tak banyak, hanya dipan tua yang berkerenyit-kerenyit setiap kali aku duduk diatasnya.
Pada  satu lorong tersembunyi di rumahku, ada lukisan Monalisa. Sesosok lukisan manusia yang sampai sekarang aku tak mampu menebak status gendernya. Lukisan yang aku dapat entah dari mana. Seingat dan sesadar ku, lukisan itu memang sudah ada. Mungkin harta warisan atau entahlah. Pikiranku tak pernah mampu memahami. Yang jelas ia ada disitu. Terdiam manis dalam bungkam nya yang penuh misteri. Terlalu ghaib untuk aku renungi. Sama halnya dengan Sang Pencinta yang penuh misteri. Skenario nya terlalu manis jika kubanding-bandingkan dengan sepoci madu. Hikmah dalam setiap cerita cinta Nya terlalu dalam untuk ku ukur dengan meteran. Lagi, lagi, dan lagi aku terpana lagi. Terpana untuk yang entah kesekian kali. Menyadari cinta Nya yang menatap lekat persis di depan hidungku. Hingga akupun malu. Malu jika saja aku terlalai atau terlupa dari bersyukur kepadaNya. Sungguh amat malu nya.

Cerita cinta itu, aku simpan disini. Dirumahku yang peot reot. Cerita cinta itu aku bagi disini, maka mampirlah kerumahku ini. Memang tak ada yang istimewa disini,tapi percayalah ,bahwa ada pojokan hangat tempat kita saling bercerita dan berbagi. Bercerita tentang indahnya dunia tralala, berbagi tentang perihnya luka. Banyak remah-remah  cinta yang bisa aku suguhkan disini. Tempat kita saling berbagi. Mampirlah kesini ketika letih dalam perjalanan yang melelahkan. Marilah kita bertafakur sejenak di rumahku ini. Tak perlu lama.