Jumat, 30 November 2012

The Reason

Seandainya dia tahu, ini semua bukan karena aku tidak mau bertahan
aku hanya sedang tidak mampu, benar-benar tidak mampu
ketika sakit perlahan naik ke level tertinggi sementara hal-hal manis terus beringsut turun ke titik nol.
menghambar dan hanya sakit yang terasa. tak ada lagi hal manis sebagai penyeimbang
lalu,bagaimana caranya bertahan?
ketika biru terasa semakin pekat
tidak cukup lagi jika hanya aku yang diam-diam menyembuhkannya sendiri.
aku rindu, rindu dia yang dulu

ahh, sudahlah

Everytime We Touch

I still hear your voice when you sleep next to me
I still feel your touch in my dreams
Forgive me, my weakness, but I don’t know why
Without you it’s hard to survive
‘Cause everytime we touch, I get this feeling
And everytime we kiss, I swear I could fly
Can’t you feel my heart beat fast, I want this to last
Need you by my side
‘Cause everytime we touch, I feel the static
And everytime we kiss, I reach for the sky
Can’t you hear my heart beat so,
I can’t let you go
Want you in my life
Your arms are my castle, your heart is my sky
They wipe away tears that I cry
The good and the bad times, we’ve been through them all
You make me rise when I fall
‘Cause everytime we touch, I get this feeling
And everytime we kiss, I swear I could fly
Can’t you feel my heart beat fast, I want this to last
Need you by my side
‘Cause everytime we touch, I feel the static
And everytime we kiss, I reach for the sky
Can’t you hear my heart beat so,
I can’t let you go
Want you in my life
‘Cause everytime we touch, I get this feeling
And everytime we kiss, I swear I could fly
Can’t you feel my heart beat fast, I want this to last
Need you by my side 


Dulu dan Sekarang

Rasanya ingin sekali menumpahkan semuanya disini sehabis-habisnya hingga tiada satupun lagi yang tersisa di hati juga pikiran, ahh... seandainya bisa...


Mungkin memang ini bukan keputusan yang salah, ya memang tidak salah (Sepertinya). lihatlah bagaimana 'damainya' dia kali ini, tidak lagi seperti yang sudah-sudah. ya mungkin memang benar perasaanku bahwa semuanya memang tak lagi sama.

"selamat 2 tahun 3 bulan ya, hoho"
hanya itu? bahkan jangankan kata sayang, doa dan harapanpun tidak terselip disitu.
hanya miris, miris yang berlebih
setelah dibulan-bulan sebelumnya dengan suksesnya dia melupakan hari yang seharusnya penting, dan aku cukup tahu bahwa aku sedang dalam proses menjadi manusia kurang penting dalam hidupnya dan akhirnya benar-benar menjadi tidak penting.
mungkin kalimat itu hanya sekedar ingin diucapkan agar aku tidak uring2an seperti sebelumnya, ya hanya sekedar, agar tak timbul masalah baru.

dulu, bahkan tidak pada tanggal anniversary pun dia sering menghitung2 kebersamaan kami, mengucapkan selamat, hingga harapan dan doa pun mengalir deras, bukan hanya hari, bahkan detikpun pernah dihitung. sederhana, tapi itu hal paling amazing yang pernah aku terima, memang hal kecil tapi itu kebahagiaan besar, setidaknya buatku.

itu dulu, dan sekarang semuanya tak lagi sama...

dulu, ketika mengunjungiku disini, bahkan dia kesal ketika harus aku tinggal untuk beberapa saat sehingga menghabiskan waktu dengan main game untuk menunggu, sampai menulis di status "kalau cuma untuk main game, di jakarta juga bisa"
mungkin kedengerannya sinis,tapi aku sama sekali tidak tersinggung apalagi marah. setidaknya itu menunjukkan bahwa dia membutuhkan aku dan itu setidaknya jauh lebih baik daripada...

daripada...

sekarang, bahkan ketika aku disampingnya, dia lebih memilih game dan permainan-permainannya. daripada menoleh ke arahku, dia lebih memilih untuk mematut-matut gamenya. kebersamaan kami tidaklah banyak, dan dia lebih memilih game yang bisa dia temui dalam 24 jam sehari. 7 hari dalam seminggu. diam-diam aku menelan pil pahit menghadapi kenyataan bahwa kebersamaan kami tidak lagi dia anggap penting. ketika aku membawakannya minuman dan obat untuk dia minum,atau memasakkan makanan untuknya, paling tidak ada exciting dari dia menyambut itu semua, tapi kenyataannya melihat pun tidak. dia tetap memilih memberikan perhatiannya pada game nya dan tidak bergeming. ooh, tidak. aku tidak sedang minta dihargai. aku hanya sedang sedih.
oh Tuhan, ternyata aku tidak lebih berharga dari sebuah permainan.
aku memang tetap bersikap dan bertutur kata sewajarnya, sebiasa mungkin. seolah tidak mengapa. menyembunyikan sesempurna mungkin. aku memang pembohong ulung. tapi jangan tanya perasaanku. hanya sedih dan miris, dan menyimpannya sendiri, di sanubari.

mungkin aku makhluk yang luar biasa lebay, merasakan hal sepele dengan sedalam mungkin. tapi itu hanya berlaku jika hanya dia pelakunya, selebihnya dengan siapapun itu, aku tidak pernah luar biasa sesensitif itu. akupun tidak ingin begitu, merasakan banyak kesakitan untuk hal remeh temeh. aku letih.
aku tidak mau dianggap bete-an dan kekanak-kanakan hanya karena hal yang mungkin tidak penting menurut pandangan siapapun. aku menyimpannya sendiri untukku.

dulu dan sekarang, dia tak lagi sama...

itu hanya beberapa, aku tentu tidak perlu lebih banyak lagi menuliskan seberapa banyak luka yang diam-diam aku sembuyikan sendiri,luka-luka yang berasal dari hal yang mungkin akan dianggap remeh. dia tidak pernah tahu itu.

aah, seandainya kau bisa mengerti sedikit saja perasaanku, sayang...
sedikit saja...

kata-kata cinta?
dulu, aku bukannya tidak tahu berapa banyak kata-kata itu datang menghujani

sekarang, bahkan hampir lebih dari setahun belakangan ini tidak pernah ada lagi.

ahh, aku tampak seperti sedang mengemis menuliskan ini. tidak, aku tidak sedang meminta itu, aku hanya sedang berkesah. menyadari.

oh Tuhan, seharusnya aku menyadari itu jauh sebelum hari ini.

bahwa dulu dan sekarang, dia perlahan berubah. dia tak lagi sama..

dulu, mungkin memang ada banyak keributan menghiasai hari-hari dalam seminggu, minggu-minggu dalam sebulan,tidak terhitung berapa banyak air mata yang tumpah, kemudian kering, lalu tumpah lagi silih berganti.  remah-remah protes dimana-mana,  masa-masa ketika kecumburuan masih pekat. menandakan cinta yang masih kuat.

sekarang, memang sudah jarang ada keributan-keributan itu, jarang sekali, awalnya aku selalu mengira ini indikasi yang baik, namun seiring waktu, seiring munculnya berbagai kesadaran akan berbagai hal, aku juga menyadari tentang yang satu ini, mungkin semuanya memang menghambar, mendatar. kecemburuan bergerak ke titik nol, aku cukup tahu itu semua artinya apa.

dulu dan sekarang, dia memang telah berubah

banyak sekali luka-luka yang aku simpan sendiri, cukup untuk diriku sendiri.
aku tidak ingin membuat keadaan menjadi buruk dengan menuntut banyak hal. aku membiarkannya menjadi dirinya sendiri, tak perlu berubah menjadi sesuatu hanya semata-mata membuatku nyaman. karena, jika aku mulai menuntut, aku sama saja seperti huru-hara, aku hanya mencintai diriku sendiri.
maka, biarlah...
lukaku milik diriku sendiri, dia tak perlu tahu.
aku tak ingin mengusik damainya, damainya damaiku juga, damai yang kami punya.

luka lainnya,

aku, aku mengenalkannya pada teman-temanku, mengakui keberadaannya dengan utuh. memperlakukan dia di depan teman-temanku sama seperti ketika teman-teman tidak ada, tidak pernah ada kepura-puraan disitu, tidak peduli teman-teman heteroku mulai mencium aroma aneh diantara kami. bahwa dibelakang sana ada bisik-bisik lirih, aku bukannya tidak tahu itu. aku hanya tidak peduli. karena menurutku dia lebih penting.
tapi dia? bahkan sampai detik ini aku tidak mengenal seorangpun teman-temannya secara pribadi.
oh, aku bukan sedang menuntut untuk diperlakukan sama. aku hanya menyimpan tanya.
keberadaanku tidak pernah dianggap ada sebagai 'seseorang' di kehidupannya. aku benar-benar seperti sebuah benda rahasia yang disimpan di dalam kotak pandoranya. hanya ketika ia ingin, ia mengeluarkanku dan memperlakukan aku sebagaimana mestinya, selebihnya? sekalipun aku berada di sampingnya, tak seorangpun mampu melihatku, tidak juga dia, aku mendadak tidak mengenalnya. dia yang asing. dan aku? jangan tanyakan bagaimana perasaanku.
ketika dia asyik bercengkrama dengan lainnya, dan aku dibiarkan membatu.
dia bercakap-cakap dengan semua orang kecuali aku.
aku tahu itu semua memang untuk menjaga diri kami masing-masing, tapi aku tidak peduli, kepura-puraan itu terlalu menyakitkan. aku benar-benar asing. si asing yang tersingkir. menyedihkan sekali aku
aku? entah bagaimana lagi aku harus menjabarkan perasaanku
sedih? pasti
rasanya ingin uring-uringan di lantai di tengah keramaian seperti balita yang merengek meminta mainan.
ingin rasanya pergi dan berlari secepat mungkin darinya, menghilang.
aku lebih baik tidak ada daripada harus dihadapkan pada kondisi seperti itu
aku bersusah payah menyembunyikan perasaan sedih yang bergejolak itu, sering kali menahan tangis agar tidak tumpah pada saat itu, mencoba bertahan semampuku, hanya diam dan sibuk menata hati, menasehati dan menyemangati diri sendiri, entah apakah rautku terlihat seperti bete atau bagaimana, tetapi yang jelas apa yang ada di dalam jauh lebih menyedihkan dari apa yang terlihat di permukaan. pernahkah dia sadar itu? yang dia tahu, aku bete-an. padahal seandainya dia tahu dibalik itu...
kemudian, setelah semua orang berlalu, ia pun 'kembali'. bilang rindu padahal hampir seharian aku disampingnya. lalu ada dimana aku selama itu tadi? oh Tuhan... *crying
aku seperti benda cadangan yang baru akan dianggap setelah yang lainnya berlalu. kalau boleh, rasanya aku benar-benar tidak sudi. don't touch me!

kebohongan? ini yang paling menyakiti
memang berkata tidak benar adalah kebohongan. tapi membiarkan orang berada dalam ketidaktahuan adalah kebohongan juga, dan ini yang dia lakukan padaku.
dia bilang aku adalah orang pertama yang mampu membuat hatinya kembali baik setelah hancur ditinggal orang yang disayanginya yang telah melalui waktu bersama-sama selama 4 tahun. aku orang yang akhirnya berhasil membuat hatinya kembali normal setelah mati rasa hampir 3 tahun. entah aku harus percaya atau tidak, aku hanya bingung. lalu dia kemanakan mantan-mantannya yang selama 3 tahun itu? bukankah dia juga pernah bilang bahwa dia pernah menjalani dengan beberapa orang setelah kejadian itu dan sebelum bertemu aku? aku hanya tidak habis pikir, bagaimana caranya menjalani hubungan dengan seorang demi seorang tapi tidak ada hati disitu. ini diluar nalarku. tapi aku tidak mau berdebat tentang itu, cukup mengiyakan tanpa meyakini.

waktu berlalu...
suatu hari, entah karena iseng atau bagaimana, aku mendadak ingin membaca tulisan-tulisannya di blog pribadinya. sesuatu yang selama ini paling aku hindari untuk dilakukan. karena aku terlalu pencemburu, aku takut menjadi sakit sendiri karena cemburu pada tulisan-tulisan yang ada disitu, tidak peduli entah itu masa lalu. jika rasa sakit itu tiba-tiba menyeruak, aku bisa apa?
tapi itu tetap aku lakukan.
ternyata, benar saja. hatiku memburuk setelah membaca itu semua.

dia yang pernah bilang bahwa selama ini seperti orang yang tidak punya hati, mempunyai pasangan tapi tidak pernah benar-benar mencintai. tapi yang tertulis disitu sangat jelas.
bagaimana gamblangnya kata-kata sayang, luapan perasaan bahagia, hal-hal kecil yang diabadikan dengan jelas, bahkan kesedihan mendalam ketika hubungan berakhir. aku tidak bodoh, aku bisa melihat dengan jelas waktu yang tertera disitu. terjadi pada masa rentang waktu yang dia akui sebagai masa-masa dia kehilangan hati. apa seperti itu?

aku benar-benar dibohongi, selama ini aku seperti seorang gadis lugu yang terperangkap sang gombal, terhanyut kata-kata memabukkannya.

tulisan-tulisan itu, walau terselingi hal-hal lain. tapi siapapun bisa melihat jelas, bagaimana tulisan demi tulisan teruntuk bagi seseorang istimewanya itu. sesorang yang kemudian dia katakan padaku, pasangan tapi tidak pernah benar-benar ia cintai? benarkah? tapi yang ada disitu berbeda. aku bahkan tidak tahu harus memercayai yang mana.
perkataannya (yang mungkin saja bisa gombal belaka) atau tulisan-tulisan di blog itu (yang mungkinkah itu hanya kebohongan?) entahlah...

bahkan denganku, yang 2 tahun lebih mendampingi hari-harinya, aku tidak pernah menjadi sesuatu disitu. aku yang katanya, hhh...entahlah, terlalu miris untuk membahasnya.
bahkan dihari pertama jadian kami, tulisan pertama tentang aku, tidak berisi sesuatu yang baik. hanya umpatan dan kekecewaan. *sadly
kekecewaan dan umpatan yang terbingkai dengan baik, bertengger abadi disitu.
tidak dipungkiri juga, ada beberapa tentang aku disitu, dulu, dulu sekali, ketika aku mungkin masih menarik dimatanya.
selebihnya dia hanya menulis (yang ada kaitannya denganku) hanya ketika keadaan buruk.
lalu kemana perginya hal-hal baik? bahkan dia tidak mengabadikan satu momenpun kepunyaan kami disitu. apa sesuatu yang berharga diperlakukan seperti itu? atau tak ada hal baik yang perlu diabadikan? sangking sebegitu tidak pentingnya aku?

mungkin akan berbeda, jika dia memang tidak pernah menulis sama sekali.

aku sedih? ya, sangat...

begitukah ia memosisikan aku yang katanya berarti dihidupnya?
bahkan bukan hanya di dunia nyatanya, di dunia mayanya pun aku tidak pernah dianggap berarti. kata-kata yang mengatakan aku berarti, itu mungkin memang hanya ada diucapan gombalnya saja. aku seharusnya sadar itu dari dulu.

dia menuliskan banyak hal kecuali aku, ia menuliskan hal-hal remeh-temeh, lelucon kecil yang sebenarnya tidak penting. aku tidak pernah menyangka bahwa aku jauh lebih tidak penting dibanding itu semua. aku benar-benar tidak ada. aku disembuyikan bahkan di dunia maya sekalipun.

jika pasangan yang sering disebut-sebutnya tidak pernah benar-benar ia cintai saja mendapatkan tempat yang besar seperti itu lalu apa sebutannya untuk seorang aku yang bahkan aku tidak mendapat pengakuan dan posisi dimanapun, nyata maupun maya?
jawabannya: aku bukan siapa-siapa, aku tidak ada artinya. oh Tuhan, perihnya kenyataan ini *crying

jika hal-hal remeh, hal-hal kecil saja bisa menjadi objek perhatiannya, diabadikannya melalui tulisan, lalu mengapa aku tidak? jawabannya: karena aku tidak lebih berharga dari hal-hal kecil itu.

atau mungkin memang tidak ada sisi menariknya sama sekali bercerita tentang aku. aku bukanlah apa-apa.

dulu, aq sedikit punya tempat
sekarang, tidak sama sekali

dulu dan sekarang, dia memang benar-benar tidak sama lagi.

kebohongan lainnya...

Ketika suatu hari aku iseng membaca emailnya. kotak keluar. aku dicengangkan oleh sebuah surat, yang tidak mungkin punya nama lain, selain surat cinta. ungkapan-ungkapan perasaan terbingkai jelas disitu, aku bahkan masih mengingat beberapa detailnya, detail kalimat yang menusukku perlahan dan mematikan. ingin rasanya tidak mempercayai itu, tapi itu lebih dari sekedar bukti. realita yang tidak mungkin dapat ditepis. mungkin itu cerita masa lalunya, dan tidak ada kaitannya sama sekali denganku. dan aku tidak berhak atas apapun terhadap hal itu. hanya saja, aku kembali kepada kekecewaan yang sama.

dia bilang, aku orang pertama yang bisa membuat dia jatuh cinta lagi, setelah kejadiannya kehilangan 4 tahun yang selalu disebut-sebutnya itu, yang ia banggakan mungkin karena periode waktunya. mengenalku membuat dia merasa kembali memiliki hati dan seterusnya dan seterusnya. aku mungkin sempat merasa itu sungguhan, rasanya tidak percaya jika aku sehebat itu. tidak mungkin.
ketika pernah merasa yakin, 'penemuan' itu justru memorakporandakan semuanya. tertulis dan terungkap dengan jelas kalimat yang sama yang sering dia ngiang-ngiangkan untukku itu pada surat itu untuk seeorang itu. seseorang sebelum aku yang pernah ia jatuh cintai. Oh, Tuhan...ini benar-benar sebuah kebohongan besar.
aku tidak peduli pada seberapa banyak perempuan yang ia jatuhcintai, tapi tolong jangan bohongi aku semanis itu. aku bukanlah yang pertama dan aku tidak pernah seistimewa yang ia sebut-sebut, itu hanya bohong belaka.

aku hanya seperti seekor tikus yang entah keberapa, terjebak dalam perangkapnya setelah yang sebelumnya ternyata tidak mempan ia jerat, dengan jebakan yang sama.

perasaanku? luluh lantak. ingin aku pergi secepat mungkin darinya. meninggalkan hubungan yang dibangun diatas kebohongan ini.
merasa ingin marah, tapi aku tak pernah mampu. hanya menangis dalam diam.
menyimpan sendiri,
hingga pada suatu percakapan, aku lupa bagaimana topik bisa menjurus ke orang yang pernah ia kirimi email cinta itu. aku hanya bisa menyindir. jikapun aku meledak, mungkin itu masih wajar, tapi aku tidak memilih melakukan itu.
"si A***** R**** yang pernah kamu kirimi email surat cinta itu?" ucapku
"itu bukan surat cinta" elak nya
"apalagi namanya kalau bukan surat cinta pernyataan yang isinya begitu? aku bahkan sudah membacanya utuh" aku menyadarkannya

mungkin ucapanku sebuah skak matt. dan dia hanya diam..
ya Tuhan, apakah itu artinya memang benar?
aku berharap dalam hati dia mengatakan sesuatu, jangan diam begitu.
tolong katakanlah sesuatu, sekalipun itu kebohongan. tolong katakan sesuatu agar aku tidak semakin sakit menyadari bahwa diamnya itu pertanda memang itu semua benar.
dan dia tetap diam. aku cukup tahu apa arti diam itu.

rasanya air mata sudah menggenang di dasar hati, untuk yang kesekian kalinya aku menerima penyadaran berulang bahwa aku benarlah bukan apa-apa.

dia melakukan banyak kesalahan yang benar-benar mencabikku
pertama, dia tidak mengakui
kedua, dia berusaha membantah
ketiga, setelah benar-benar tidak bisa mengelak lagi, dia hanya diam tanpa perlu klarifikasi.
kebohongan yang bertubi-tubi.
tidakkah dia tahu seperti apa perasaanku?
tapi aku? sebuah tamparanpun rasanya pantas dia dapatkan. tapi aku tidak melakukan itu.
aku hanya sibuk menata hati dalam diam dan tangis di dalam.
dalam keadaan seperti itu, masih berani-beraninya dia bertanya kepadaku mengapa aku mendadak diam.
<i>sebegitu tidak sesensitifkan hatimu, sayang? </i>
jangan tanyakan diamku. aku hanya sedang menanggung kepedihan yang mendalam. aku butuh diam. dan dia begitu tega-teganya melabeli aku si tukang bete dan suka diam tanpa sebab yang jelas.
ahh, kesedihanku semakin berlapis-lapis.

lalu,
pernah juga suatu sms percakapan antara dia dan temannya membuat aku benar-benar tidak habis pikir bahwa dia punya sisi seperti itu.
aku membenci setengah mati percakapan-percakapan itu
percakapan tentang bagaimana ia sedang mencoba pendekatan dengan seseorang, meminta dicarikan wanita. padahal aku jelas-jelas masih pacarnya.
lalu aku dianggap apa?

entah aku sedang dibohongi atau memang itu faktanya, dia bilang itu hanya bercandaan saja.
bercandaan? bercandaan seperti apa yang bisa benar-benar runtut dan kronologis seperti itu? bahkan dari a-z dari awal sampai akhir, aku tidak berhasil menemukan sesuatu yang bisa aku yakini bahwa itu memang bercanda.
walaupun hatiku sakit, aku tetap berusaha mempercayai. mencoba berdamai dengan rasa sakitku.

ok, anggaplah itu mungkin sebuah bercandaan.
tapi ada sebuah kalimatnya yang menusukku tepat di ulu hati.
terkadang di dalam sebuah kalimat yang katanya bercanda, tersimpan kejujuran.
"ayo, carikan aku wanita. wanita ya, bukan perempuan labil?" pintanya pada temannya itu
deg, aku kah yang ia maksudkan perempuan labil?
langit seperti runtuh, rasanya aku tidak akan peduli jika semua orang di dunia ini mengatai aku perempuan labil. tapi tidak jika dia yang menyebutkannya.
jika aku memang perempuan labil, dan dia tak berkenan menjalani hubungan dengan perempuan labil, maka buang sajalah aku, campakkan! tidak perlu tetap bersama-sama denganku, membiarkan aku tidak tahu pada penilaian terjujurnya tentang aku, bahkan yang ia tunjukkan justru sebaliknya, memuja-muji di permukaan tetapi menusukku dengan penghinaan di belakangku yang tak pernah aku tahu.
aku tahu dengan cara seperti ini, sangat menyakitkan.


"ayo, carikan aku wanita. wanita ya, bukan perempuan labil?

"ayo, carikan aku wanita. wanita ya, bukan perempuan labil?

"ayo, carikan aku wanita. wanita ya, bukan perempuan labil?

"ayo, carikan aku wanita. wanita ya, bukan perempuan labil?

"ayo, carikan aku wanita. wanita ya, bukan perempuan labil?

"ayo, carikan aku wanita. wanita ya, bukan perempuan labil?

kalimat itu selalu menjadi siluet di hari-hariku bahkan sampai detik ini.
suasana hatiku selalu memburuk setiap kali teringat itu.
dan dia tidak pernah tahu.
biarlah, ini sakitku sendiri

tentang percakapan sms itu, aku tidak pernah menyangka ada kelanjutannya.
kelanjutan yang pantas aku sebut sebagai bukti, bahwa apa yang ia bahas dan temannya di sms itu bukan sekedar omongan bercanda.
terlihat dengan jelas, email demi email pendekatan yang ia kirim pada seseorang yang menjadi objek percakapan dia dan temannya itu.
dan rentang waktunya? pas sekali..
oh Tuhan, apalagi ini? apakah aku benar-benar telah ditipu?
ia mengirimi gambar demi gambar dan ungkapan demi ungkapan manis, bahkan gambar yang ia kirim pernah juga ia peruntukkan buatku. entah siapa yang lebih dulu.
dan itu bukan satu atau dua, tapi ada banyak dan bahkan aku menuliskannya kembali untuk sekedar bukti
tanggal, jam, apa yang dia kirim, kalimat-kalimatnya...
hanya miris
lalu aku? apa aku lantas meledak?
hanya tangis yang meledak, selebihnya tertahan.
aku membiarkannya damai diluar sana, membiarkannya tidak tahu apa yang terjadi padaku, apa yang aku rasakan, tidak mengusiknya, bahkan bukan hanya mengusik, membantingkan hal ini ke wajahnya dan meminta penjelasannya rasanya itu masih wajar jika aku mau melakukannya.
tapi aku tidak suka keributan.
aku hanya mencoba bertanya perlahan. aku berharap satu sentilan kecil pertanyaanku, membuat dia sadar bahwa apa yang ia simpan telah aku ketahui dan dia mau mengakui semua itu tanpa paksaan.
tapi ternyata yang terjadi justru sebaliknya. bahkan dia tak mengaku.
mengaku tidak mengenal alamat email yang aku tanyakan, padahal ada banyak email yang ia kirim kesitu.
pertanyaan demi pertanyaan tetap tak mampu membuatnya mengakui itu.
padahal tanpa perlu pengakuanpun aku sudah cukup tahu apa yang terjadi. semua bukti telah jelas. aku hanya berharap kejujurannya.
beginikah selama ini ia membohongiku? ada berapa banyak kebohongan lagi yang aku tidak pernah tahu.
aku mungkin akan cepat saja percaya padanya jika saja aku tidak memegang bukti-bukti itu.
dia masih saja tidak mau mengaku dan sibuk bertanya ada apa ada apa...
berlagak pilon, hhh...
ketika akhirnya aku membeberkan semuanya, ketika dia sudah tidak dapat mengelak lagi, barulah muncul sebuah pengakuan.ungkin lebih tepatnya terpakasa mengaku,selebihnya hanyalah pembenaran.
dia bilang itu tidak sungguh-sungguh
hanya rekayasa.
apa? sebanyak itukah rekayasa di hidupnya..
jangan-jangan aku juga bagian dari sesuatu yang nanti di depan sana akan dia akui sebagai sebuah rekayasa juga.
dia mengemukakan alasan yang tidak pernah bisa aku terima sampai sekarang, tidak masuk akal.

namun entah karena kebodohanku, entah karena kata-katanya yang membius, entah karena cinta yang terlanjur dalam. aku memaafkannya. rasa yang aku punya membuat aku terus memaafkan sekalipun telah disakiti berulang-ulang. aku menepis semua rasa sakit dan kecewa itu.
selalu ada kesempatan.

kesempatan?
bahkan aku sudah memberinya lebih dari kesempatan terakhir.
ketika kesalahan demi kesalahan berulang ia lakukan, selalu ada kesempatan itu. walaupun rasanya aku benar-benar tidak ingin lagi dan letih dalam hubungan disertai banyak kesakitan-kesakitan ini.

apa yang ia mau dariku? jika tak benar-benar menyayangi aku maka lepaskanlah aku. mengapa harus menghabiskan rentang waktuku yang panjang, mengikatku, mejauhkan aku dari kesempatan baik di luar sana yang bisa aku dapatkan.
jika menyayangiku, mengapa tidak memperlakukan aku dengan baik? mengapa tidak bisa sedikit saja menyelami perasaanku? belajar mengenal sisi hatiku yang rapuh dan perasa. mengerti aku. sedikit saja.

aku selalu mencoba bertahan dengan sisa-sisa tenaga yang tersisa, tetapi mengapa terlalu sering dia patahkan itu.

tidak pernahkah ia tahu seberapa rapuh, seberapa sensitif, seberapa perasanya hati perempuannya ini?
untuk sebuah pengabaian yang kecil, aku bisa terluka sangat dalam
aku tercekat, ketika ia berkata-kata dengan nada tinggi
aku terperosok semakin dalam , ketika ia membentakku
dan aku tidak tahu harus menjabarkan kesedihan yang seperti apa ketika ia mampu berlaku kasar kepadaku, menarik tanganku dengan kasar, menghujaniku dengan kata-kata tidak pantas.
tidak banyak waktu yang bisa kami habiskan bersama-sama, tetapi kenapa ia begitu mampu melakukan hal-hal itu padaku.
aku tidak pernah menyangka punya seseorang yang katanya menyayangi aku, tapi mampu berlaku kasar padaku bahkan untuk hal-hal remeh.
aku benar-benar ingin pergi berlari dan tidak akan pernah kembali.
aku terlalu letih.


terlalu banyak luka-luka yang aku simpan sendiri dan dia tidak akan pernah menyadari itu. terlalu banyak sakit-sakit itu hingga menjadi siluet-siluet yang menaungiku. suasana hati mendadak tidak baik ketika teringat salah satu dari luka-luka itu. tapi aku selalu menyembunyikannya rapat.

hari-hari memang berjalan seperti biasa, tapi sesuatu yang aku simpan itu ternyata seperti bom waktu yang pasti akan meledak.

hanya ketika aku kecolongan untuk mengendalikan perasaanku untuk tetap seimbang saja yang membuat aku tiba-tiba seperti orang yang dingin. padahal apa yang didalam jauh lebih parah.

dia sering bilang, aku bete-an, suka tiba-tiba ngambek, mungkin menurutnya aku labil, tapi cara dewasa yang seperti apa lagi yang harus aku lakukan? dia tidak akan pernah tahu bagaimana perasaanku dan aku menghandle itu sendirian, aku tidak akan mau menciptakan keributan baru karena sakitku sendiri,apa itu kurang cukup dewasa buatnya? setidaknya aku mencoba semampu yang ku bisa. aku sudah berusaha tetap diam dan tenang menikmatinya sendiri, menasehati diri sendiri dan memompa-mompa semangatku agar tidak melorot jatuh, membesarkan-besarkan hatiku agar segenggam garam yang ia tumpahkan tidak terasa begitu asin. lalu jika remah-remah kesedihan itu tetap tinggal dan terpancar di wajahku menjadi raut bete, demi Tuhan, itu diluar kendaliku. apa aku salah? akupun tidak mau itu
tidak bisa kah sedikit saja dia memahamiku? mengerti sedikit saja perasaanku?
tidak cukupkah waktu 2 tahun lebih ini untuk dia mengenal paling tidak sedikit saja sisi hatiku? lalu ketika aku lelah berharap sendiri. apa aku salah ketika aku bilang aku letih dengan semua ini? apa aku salah jika aku katakan aku bosan berharap pada dia yang tak kunjung mengerti sedikit saja sisi hatiku, sisi rapuh itu? harus berapa lama? 3 tahun? 4 tahun? 7 yahun? 10 tahun? aku tidak akan menunggu selama itu, bukan karena tidak mau, tetapi aku tidak akan mampu. aku bisa mati perlahan-lahan dalam keadaan yang paling mengenaskan dalam penyiksaan perasaan seperti itu selama aku masih terus bersamanya. aku sakit jika terus disisinya. terlalu banyak.

dia yang pernah bilang, cinta saja tidak cukup. maka, cintaku butuh pengakuan, paling tidak sedikit. cintaku butuh untuk dimengerti, paling tidak sedikit, cintaku butuh diperlakukan secara pantas. apa selama ini aku pernah menuntut sesuatu? aku ingin sesuatu yang tulus, bukan dengan permintaan, aku ingin pengakuan itu tulus diberikan tanpa perlu aku menuntut, aku ingin dia belajar mengerti aku dengan tulus tanpa perlu aku meminta untuk dia belajar memahami dan mengerti aku. aku ingin diperlakukan pantas dengan tulus tanpa perlu mengeja hal-hal buruk apa yang tak pantas ia lakukan padaku. tapi itu seperti mimpi yang sulit menjadi nyata.
walaupun seringkali aku ucapkan aku udah tidak berharap lagi bisa dimengerti olehnya, namun diam-diam harapan itu tetap menyala walau redup.

semuanya sudah semakin nyata,
dulu dan sekarang, dia tidak lagi sama
aku tidak perlu bertahan lebih lama, selain karena hatiku tidak cukup mampu untuk bertahan menerima semua sakit-sakit itu, dia juga tidak akan pernah mampu berubah.
aku dan dia semakin lama seperti air dan minyak yang tidak bisa menyatu satu sama lain, selamanya akan begitu
maka biarlah...

mungkin sampai detik ini dia tidak pernah tahu kenapa aku tiba-tiba ingin pergi.
aku hanya tidak ingin ia membawa perasaan bersalah yang akan ia sesali.
lebih baik dia yang menganggapku pecundang daripada harus aku bekali dia dengan perasaan bersalah yang akan dibawanya pergi dengan mengetahui semua ini.

aku mundur dan membawa semua perasaan ini diam-diam.
aku hanya tidak ingin menjadi sakit, sakit jiwa dengan bertahan lebih lama lagi.
itu saja.

but, I really love you