Kamis, 18 November 2010

Di Rumah ku

Selamat datang di rumahku. . .
Perkenalkan. . .
Inilah rumahku, Rumah sederhana, berdindingkan papan yang ramai dikunjungi para rayap. Konon katanya mereka hanya membutuhkan makanan untuk tetap hidup di kehidupan yang makin-makin bertambah payah, karena itu tak apalah jika aku sedikit saja mau berbagi. Atap rumahku adalah tumpukan jerami-jerami yang lemah jika angin datang menggoda. Perabotku juga tak banyak, hanya dipan tua yang berkerenyit-kerenyit setiap kali aku duduk diatasnya.
Pada  satu lorong tersembunyi di rumahku, ada lukisan Monalisa. Sesosok lukisan manusia yang sampai sekarang aku tak mampu menebak status gendernya. Lukisan yang aku dapat entah dari mana. Seingat dan sesadar ku, lukisan itu memang sudah ada. Mungkin harta warisan atau entahlah. Pikiranku tak pernah mampu memahami. Yang jelas ia ada disitu. Terdiam manis dalam bungkam nya yang penuh misteri. Terlalu ghaib untuk aku renungi. Sama halnya dengan Sang Pencinta yang penuh misteri. Skenario nya terlalu manis jika kubanding-bandingkan dengan sepoci madu. Hikmah dalam setiap cerita cinta Nya terlalu dalam untuk ku ukur dengan meteran. Lagi, lagi, dan lagi aku terpana lagi. Terpana untuk yang entah kesekian kali. Menyadari cinta Nya yang menatap lekat persis di depan hidungku. Hingga akupun malu. Malu jika saja aku terlalai atau terlupa dari bersyukur kepadaNya. Sungguh amat malu nya.

Cerita cinta itu, aku simpan disini. Dirumahku yang peot reot. Cerita cinta itu aku bagi disini, maka mampirlah kerumahku ini. Memang tak ada yang istimewa disini,tapi percayalah ,bahwa ada pojokan hangat tempat kita saling bercerita dan berbagi. Bercerita tentang indahnya dunia tralala, berbagi tentang perihnya luka. Banyak remah-remah  cinta yang bisa aku suguhkan disini. Tempat kita saling berbagi. Mampirlah kesini ketika letih dalam perjalanan yang melelahkan. Marilah kita bertafakur sejenak di rumahku ini. Tak perlu lama.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar