Ketika pertama kali aku
membacanya -sebut aku lebay- ada sesuatu yang mengembang dibalik rongga dada,
mekar, berterbangan. Surpised. Speechless. Merasa menjadi ‘sesuatu’. Entah apa…
Aku lupa kapan terakhir kali aku
menjadi sesuatu yang dituliskan oleh seseorang, dan hari ini kamu berikan itu.
Aku tidak akan menutupi keriangan ini meski mungkin akan terlihat berlebihan.
Kamu tahu? ini kali pertama aku
kembali menulis lagi setelah sekian lama. Lebih tepatnya menuliskan sesuatu
yang lahir dari “rasa” bukan dari “pikiran”. Dan kamu lihat? aksaraku
berserakan, aku bahkan lebih payah dari pisau berkarat dan tumpul karena
terlampau lama tidak digunakan apalagi diasah.
Kamu…
Bicara tentangmu, kamu adalah
titik dimana kemisteriusan dan kegamblangan bertemu dan bertumpu. Aku tidak
pernah mengerti bagaimana kamu bisa berdiri tegak dengan kokoh dititik itu
dengan begitu anggun dan elegan. Aku bahkan tidak bisa meraba rasa apapun tentang
kamu. Kamu adalah teka-teki yang tidak pernah berhasil aku pecahkan. Kamu
seperti barisan kalimat multi tafsir dan sarat makna yang tidak pernah selesai
aku mengerti dengan utuh.
Pernahkah terpikirkan olehmu
kenapa kita bisa bertahan selama ini dengan “rasa” yang nyaris konstan dan
tidak pernah “naik kelas”?
Mungkin karena keapikan
masing-masing kita dalam melakonkan drama persahabatan yang sederhana dan unik
selama ini.
Hampir 5 tahun persahabatan kita -sebutlah
begitu- aku tidak pernah merasa bisa “naik kelas” untuk mengerti apa dan
bagaimana kamu dan kita sebenarnya.
Kita…
Kita terkadang seperti dua kutub
yang berlawanan namun tidak pernah saling memisahkan diri. terkadang kita
berada pada orbit yang saling menjauh satu sama lain, berputar mengitari banyak
bintang dan bulan yang kita temui sepanjang perjalanan, disibukkan dengan
perjalanan kita masing-masing, tapi selalu ada masa dimana kita “pulang” dan bercengkrama,
membayar lunas semua ke-alpa-an.
Denganmu, aku tidak pernah
menuntut otak dan hatiku untuk membuat jelas sesuatu yang absurd. Aku hanya
menikmatinya dan membiarkannya mengalir tanpa pernah berpikir akan bermuara
kemana. Terus terang, untuk hal-hal tertentu, aku tidak menyukai sesuatu yang
absurd juga misterius, karena itu membingungkan. Tetapi ketika kamu datang
dengan segala keabsurdan dan kemisteriusan itu, aku justru membiarkan diriku
larut. Dan aku tidak berusaha untuk membuat semuanya menjadi jelas.
Kamu, meski sudah dengan tulisan yang
mungkin menurutmu sudah sedikit mengungkap sesuatu yang samar, bagiku kamu masih tetap
samar. Mungkin karena aku terlalu payah untuk memahami, ya aku memang payah.
Aku tidak berani meraba rasa dan
aku merasa terlalu “ngeri” untuk berspekulasi.
Satu yang pasti, disinipun ada
banyak rasa syukur dan terimakasih karena kamu sudah ada. Dan satu lagi; rasa
beruntung karena kamu ada.
Tetaplah ada.
Selamat malam, E. ^^